Koleksi sepeda onthelnya bikin geleng-geleng kepala
Koleksi sepeda onthel yang paling tua adalah merk Simplex yaitu sepeda buatan Belanda, yang merupakan warisan dari bapaknya. Seluruh sepeda onthel miliknya masih terawat dengan baik.
“Saya mencintai sepeda, karena sepeda adalah produk teknologi yang luar biasa. Sepeda yang sudah ada sejak abad 18-19, dan masih digunakan sampai sekarang,” katanya.
Bentuk sepeda, selanjutnya masih sama seperti dahulu. “Saya dulu bekerja dimana-mana di Denmark dan negara lain di Eropa, banyak orang menggunakan sepeda. Di saat banyak kendaraan sepeda motor dan mobil, saya memimpikan sepeda bisa hidup lagi di Indonesia,” imbuhnya.
Rasa cinta terhadap sepeda onthel tersebut membuatnya mendirikan rental sepeda antik di Kawasan Borobudur dengan hama Wisata Sepeda by Pram. Dengan misinya supaya orang-orang dapat naik sepeda Kembali.
Jumlah sepeda onthel yang mencapai ribuan tersebut dimulai saat dirinya berburu sepeda antik dari tahun 2013 yang lalu. Mulai dari pasar-pasar tradisional di Solo, Jogja, Kebumen, Jawa Barat hingga Jawa Timur. Sepeda antik dan dengan umur yang sudah tua banyak ditemukan di pasar-pasar desa saat itu. Dan harganyapun lumayan murah.
Sepeda-sepeda yang dia beli dengan kondisi rusak diperbaiki Kembali di bengkel rumahnya. Sedangkan sepeda yang masih bagus dan berfungsi bisa langsung dia sewakan. Saat itu juga dia sudah mulai merentalkan sepedanya hingga sekarang, kurang lebih sudah berjalan 7 tahun. Usaha rentalnya pernah mengalami kemunduran, tapi di tiga tahun belakangan usaha rentalnya mulai bangkit lagi. Ditengah pendemi korona ini dia memutuskan untuk menghentikan kegiatan sewa menyewa sepeda.
Dari koleksi sepeda onthel yang berjumlah 3.400 unit tersebar di berbagai daerah, ada yang di Kota Semarang, Prambanan dan Borobudur. Merk sepedanya bermacam-macam seperti Simplex, Gazelle, Fongers, Bingress dari belanda. Ada juga sepeda modern seperti Mamachari dari Jepang, dan sepeda touring.
Sepeda koleksi saya dari berbagai merk dan negara. Ada yang buatan Eropa Timur, Inggris, Jerman, dan Jepang, “ katanya.
Biaya sewa yang di bandrol oleh Pram, mulai dari Rp 15 ribu untuk sepeda tua, Rp 25 ribu untuk sepeda dengan boncengan, dan Rp 100 ribu untuk sepeda touring. Ada juga paket sepeda wisata yang disediakan olehnya untuk melayani tamu dalam jumlah mencapai ratusan sepeda.
Untuk paket wisata biasanya disewa oleh rombongan wisata dari kalangan perusahaan. Mereka biasanya mengadakan acara gathering dan menyewa sepeda untuk berkeliling di lokasi wisata Borobudur.
“Mengapa biaya rentalnya sangat murah, karena jika dihitung pasti tidak mungkin akan balik modal. Mengapa, karena saya senang melihat sepeda bisa dikendarai oleh orang-orang lagi,” ujar Pram.
Disaat ini produksi sepeda banyak bermunculan dengan bentuk yang modern, tapi Pram mempunyai kesukaan tersendiri terhadap sepeda kuno (onthel). Menurutnya, sepeda kuno memiliki tempat tersendiri di hati penggemarnya. Dulu, sepeda Simplex salah satu kendaraan yang cukup bagus, dengan harga yang terjangkau untuk orang-orang kalangan menengah keatas. Bahkan sepeda dengan merk Gazelle menjadi simbol kesejahteraan di jamannya. Orang-orang dipandang karena mengendarai sepeda itu, bahkan bupati jaman dulu mengendari sepeda tersebut.
“Pada waktu itu, orang punya sepeda simpleks adalah mimpi semua orang. Ki Narto Sabdo, bahkan pernah menciptakan lagu sendiri yang menceritakan Simplex yang menggunakan lampu Berko nganggo berko. Gazelle mahal yang punya bupati dan orang terpandang, Simplex terbeli menjadi orang yang terbeli,” paparnya.
Selain merentalkan sepedanya jiwa bisnis Pram juga merambah kepada menjual sepedanya kepada peminat ataupun kolektor dengan harga yang harus cocok. Harga sepeda onthel saat inipun lumayan cukup tinggi, dikarenakan banyak orang yang meminati kembali.
Sepeda kuno yang dibeli oleh Pram puluhan tahun silam dengan harga sekitar Rp 700 ribu, namun kini bisa terjual dengan harga yang lumayan tinggi yaitu Rp 6 juta, dikarenakan barangnya sudah langka.
Pram berkisah dulunya dia rajin mencari sepeda yang hampir tidak berbentuk dari perosok. Dia membeli dan dibawa pulang dengan truk. Bagian sepeda yang masih bagus dipisahkan. Bagian yang sudah usang dijual Kembali per kilo ke pengepul. Setelah itu, ia merangkai Kembali sepeda yang masih bagus dengan bagian yang telah dikumpulkan tadi.
Disaat pandemi ini Pram menjual sepeda onthelnya sekitar 200 unit, ke kolektor sepeda dengan harga yang menurutnya pas. “tidak apa-apa, karena saya senang melihat orang dapat berseda dan mencintai sepeda,” tuturnya.
Harapan Pram saat ini adalah bahwa sepeda terus hidup dan diminati oleh orang-orang. “Karena angin itu ia anggap sebagai teknologi paling canggih yang pernah ditemukan. “ Sepeda bisa membawa kita pergi kemanapun dengan perasaan dan penuh bahagia,” pungkasnya.
Sumber Lubis/Borobudur news
Komentar
Posting Komentar